Written by Ali Rama
Tuesday, 01 September 2009 22:55 - Last Updated Thursday, 10 September 2009 00:02
Jakarta - Krisis keuangan yang melanda dunia saat ini tidak hanya berdampak di Amerika
Serikat sebagai episentrum krisis keuangan. Tapi, juga berdampak pada negara-negara maju
lainnya. Seperti di kawasan Eropa dan Asia.
Krisis yang terjadi saat ini adalah bagian dari siklus ekonomi Kapitalisme. Dalam catatan
sejarah ekonomi krisis keuangan dan ekonomi terjadi di negara-negara Kapitalis. Bahkan,
menurut Roy Davies dalam bukunya "The History of Money From The Encient to Present Time"
menyebutkan bahwa di sepanjang abad 20 telah terjadi 20 kali krisis yang melanda banyak
negara. Jadi rata-rata siklus krisis terjadi dalam tempo lima tahun sekali.
Dari data dan fakta historis tersebut menunjukkan bahwa sistem Kapitalisme tidak pernah sepi
dari gejolak ekonomi yang menyisakan penderitaan panjang bagi kehidupan umat manusia.
Menurut pakar ekonomi penyebab utama dari krisis adalah kepincangan antara sektor moneter
dengan sektor real.
Laju sektor keuangan jauh lebih cepat dari pada sektor real. Perekonomian didominasi dan
dikendalikan oleh transaksi dunia maya (virtual transaction) yang berpusat pada currency
speculation dan derivative market. Volume transaksi dunia maya mencapai US$ 1.5 triliun
dalam satu hari. Sedangkan volume perdagangan yang terjadi di sektor real hanya US$ 6 triliun
setiap tahunnya.
Bahkan, data lain menunjukkan bahwa sektor moneter menguasai 99% dari total transaksi
dunia dan hanya 1% transaksi yang benar-benar terjadi pertukaran barang dan jasa.
Gelembung ekonomi yang diciptakan oleh ekonomi berbasiskan ribawi ini hanya tinggal
menunggu momentum ledakan krisis saja.
Keterpurukan sistem Kapitalis justru menjadi peluang buat munculnya sistem alternatif yang
bisa menyelesaikan akar permasalahan yang selalu terjadi dalam sistem Kapitalisme. Inilah
momentum ekonomi syariah untuk tampil sebagai alternatif pilihan yang bisa menyelesaikan
persoalan tersebut sekaligus membuktikan konsep Islam sebagai rahmat bagi seluruh umat
manusia.
Hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syariah dari tahun ke
tahun. Peningkatan ini terlihat dari meningkatnya volume transaksi, jumlah aset, jumlah
lembaga perbankan, dan pangsa pasar (market share). Saat ini adalah waktu yang tepat bagi
sistem ekonomi Islam. Apalagi didukung oleh momentum yang tepat yang disertai dengan
dukungan masyarakat yang semakin meningkat secara signifikan.
Indikator ini menunjukkan bahwa eksistensi perbankan syariah sudah bisa diterima di kalangan
masyarakat. Realitas ini kemudian diperkuat dengan bermunculannya lembaga-lembaga
keuangan syariah baik yang berbentuk perbankan, asuransi, maupun lembaga pembiayaan
(multifinance). Di samping itu, yang paling menggembirakan dalah adanya antusiasme dari
perbankan konvensional untuk memasuki industri keuangan syariah.
1 / 2
Momentum Ekonomi Syariah
Written by Ali Rama
Tuesday, 01 September 2009 22:55 - Last Updated Thursday, 10 September 2009 00:02
Untuk tahun 2009 ini diperkirakan akan ada 10 bank umum syariah yang akan meramaikan
kancah industri perbankan syariah di tanah air. Ini juga sekaligus bukti bahwa ekonomi yang
bebasiskan prinsip syariah juga mejanjikan tingkat profitabilitas yang tinggi.
Hal yang mungkin perlu dipertanyakan adalah apakah perbankan syariah sudah menjadi bank
alternatif yang dikelola secara profesional bukan melalu pendekatan emosional. Apakah jasa
perbankan syariah sudah bisa dinikmati dan dimanfaatkan sepenuhnya oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Salah satu persamaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah sama-sama
mencari keuntungan setinggi-tingginya. Artinya bahwa bank syariah dalam manajemen
investasi dan finacial dituntut untuk menjadi profit oriented sehingga harus dikelola secara
bonafid dan professional. Tugas dan kewajiban perbankan syariah adalah menjalankan
pertumbuhan ekonomi berdasarkan syariah di mana usaha mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya itu harus didasarkan pada prinsip syariah.
Pertumbuhan ekonomi syariah yang menggembirkan ini harus tetap dikawal dan diawasi
secara terus-menerus agar tidak menyimpan dari syariah compliant. Dikhawatirkan akibat
keinginan yang terlalu tinggi untuk menambah demand dan memasuki semua segmen
masyarakat sehingga tidak mempedulikan lagi aspek ketentuan dan legalitas syariahnya demi
untuk mencari keuntungan semata. Jika hal ini terjadi tidak menutup kemungkinan ekonomi
syariah (bank syariah) akan mengalami nasib yang sama seperti sistem Kapitalisme, yaitu
mengalami bencana krisis keuangan akibat meninggalkan prinsip-prinsip dasarnya.
Ali Rama
Sekretaris Umum Islamic Economics Forum For Indonesian Development (ISEFID) dan saat ini
sedang S2 di program Master of Economics International Islamic University Malaysia.
http://suarapembaca.detik. com/read/2009/09/01/094557 /1193698/471/momentum-ekon omi
-syariah?992205470
2 / 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar