M. Syafi'i Antonio :
Bilik » Mualaf | Kamis, 18 Juni 2009 14:30
Penulis : Redaksi KSC
Pria yang lahir 12 Mei 1965 di Sukabumi, Jawa Barat, dengan nama Nio Cwan Chung ini merupakan WNI
keturunan Tionghoa. Sejak kecil, ia mengenal dan menganut ajaran Konghucu, karena ayahnya adalah
seorang pendeta Konghucu.
Kondisi keluarga yang cukup terbuka dan memberikan kebebasan anak-anaknya dalam memilih agama
(kecuali Islam) menjadikan Syafi'i kala itu memilih agama Kristen Protestan menjadi agamanya. Setelah
menjadi Kristen, ia ganti nama menjadi Pilot Sagaran Antonio.
"Kepindahan saya ke agama Kristen Protestan tidak membuat ayah saya marah. Ayah akan sangat
kecewa jika saya sekeluarga memilih Islam sebagai agama," akunya.
Sikap ayahnya ini berangkat dari image buruk terhadap umat Islam.
"Ayah saya sebenarnya melihat ajaran Islam itu bagus. Apalagi dilihat dari sisi Al-Qur'an dan hadits. Tapi,
ayah saya sangat heran pada pemeluknya yang tidak mencerminkan kesempurnaan ajaran agamanya,"
imbuhnya.
Gambaran buruk tentang kaum muslimin yang dalam benak ayah Syafi'i ini terutama adalah banyaknya
umat Islam yang berada dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Bahkan, sampai mencuri
sandal di tempat ibadah pun dilakukan oleh umat Islam sendiri. Jadi, keindahan dan kebagusan ajaran
Islam dinodai oleh perilaku umatnya yang kurang baik.
Citra negatif tentang kaum muslimin yang tertanam pada diri ayahnya ternyata tak membuat Syafi'i antipati
dengan Islam. Ia justru semakin ingin tahu lebih jauh tentang agama Islam.
Syafi'i mengenal ajaran Islam melalui pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah.
"Saya sering memperhatikan cara-cara ibadah orang-orang muslim. Karena terlalu sering memperhatikan,
tanpa sadar, saya diam-diam suka melakukan shalat. Kegiatan ibadah orang lain ini saya lakukan
walaupun saya belum mengikrarkan diri menjadi seorang muslim." ujarnya.
Syafi'i pun mulai memperdalam pengetahuannya tentang Islam lewat berbagai media dan buku.
"Untuk mengetahui agama Islam, saya mencoba mengkaji Islam secara komparatif (perbandingan) dengan
agama-agama lain. Dalam melakukan studi perbandingan ini, saya menggunakan tiga pendekatan, yakni
pendekatan sejarah, pendekatan alamiah, dan pendekatan nalar rasio biasa. Sengaja saya tidak
menggunakan pendekatan kitab-kitab suci agar dapat secara obyektif mengetahui hasilnya," kenangnya.
Berdasarkan tiga pendekatan itulah, akhirnya Syafi'i Antonio melihat Islam ternyata agama yang mudah
dipahami ketimbang agama-agama lain.
"Dalam Islam, saya temukan bahwa semua rasul yang diutus Tuhan ke muka bumi mengajarkan risalah
yang satu, yaitu Tauhid. Selain itu, saya sangat tertarik pada kitab suci umat Islam, yaitu Al-Qur'an. Kitab
suci ini penuh dengan kemukjizatan, baik ditinjau dari sisi bahasa, tatanan kata, isi, berita, keteraturan
sastra, data-data ilmiah, dan berbagai aspek lainnya," katanya.
Syafi'i sangat mengagumi ajaran Islam yang menurutnya memiliki sistem nilai yang sangat lengkap dan
komprehensif, meliputi sistem tatanan akidah, kepercayaan, dan tidak perlu perantara dalam beribadah.
Ibadah dalam Islam juga diartikan secara universal. Artinya, semua yang dilakukan, baik ritual, rumah
tangga, ekonomi, sosial, maupun budaya, selama tidak menyimpang dan untuk meninggikan syiar Allah,
nilainya adalah ibadah. Selain itu, dibanding agama lain, terbukti tidak ada agama yang memiliki sistem
selengkap agama Islam. Hasil dari studi banding inilah yang memantapkan hati Syafi'i untuk segera
memutuskan bahwa Islam adalah agama yang dapat menjawab segala macam persoalan hidup.
Akhirnya Syafi'i membulatkan tekad untuk menerima Islam secara utuh dalam seluruh aspek
kehidupannya.
"Setelah melakukan perenungan untuk memantapkan hati, maka di saat saya berusia 17 tahun dan masih
duduk di bangku SMA, saya putuskan untuk memeluk agama Islam. Oleh KH. Abdullah bin Nuh Al-Ghazali,
saya dibimbing untuk mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat pada tahun 1984. Nama saya kemudian
diganti menjadi Syafi'i Antonio," kenangnya.
Keputusan untuk menjadi muslim ternyata ditentang oleh keluarganya.
"Saya dikucilkan dan diusir dari rumah. Jika saya pulang, pintu selalu tertutup dan terkunci. Bahkan pada
waktu shalat, kain sarung saya sering diludahi. Perlakuan keluarga terhadap diri saya, tak saya hadapi
dengan wajah marah, tapi dengan kesabaran dan perilaku yang santun. Ini sudah konsekuensi dari
keputusan yang saya ambil," tuturnya.
Caranya ini ternyata membuahkan hasil. Tak lama kemudian, mamanya menyusul jejak Syafi'i menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW.
Tidak cukup hanya sekadar menjadi pemeluk, Syafi'i bahkan semakin intens mempelajari Islam dan ingin
menjadi ahli di bidang agama tersebut.
"Setelah mengikrarkan diri, saya terus mempelajari Islam, mulai dari membaca buku, diskusi, dan
sebagainya. Kemudian saya mempelajari bahasa Arab di Pesantren An-Nidzom, Sukabumi, di bawah
pimpinan KH. Abdullah Muchtar," paparnya.
Ia bahkan memutuskan pindah belajar ke IAIN Syarif Hidayatullah setelah sebelumnya sempat belajar di
ITB dan IKIP. Dan, tak lama kemudian Syafi'i melanjutkan sekolah ke University of Yourdan (Yordania).
Studi S2 ia selesaikan di International Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi
Islam dan meraih Doktor Banking & Micro Finance, University of Melbourne Australia.
Selepas studinya, ia mengabdikan seluruh aktivitas hidupnya untuk Islam. Ia juga aktif membantu sesama
muslim Tionghoa dan aktif pada Yayasan Haji Karim Oei. Di yayasan inilah para mualaf mendapat
informasi dan pembinaan. Mulai dari bimbingan shalat, membaca Al-Qur'an, diskusi, ceramah, dan kajian
Islam, hingga informasi mengenai agama Islam.
Saat ini, M. Syafi'i Antonio aktif di berbagai Lembaga Keuangan Islam/Syariah, baik Bank maupun Non
Bank, dan membina berbagai pendidikan syariah.
Ia pernah bergabung dengan Bank Muamalat, bank dengan sistem syariah pertama di Indonesia. Dua
tahun setelah itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut reksa dana syariah. Empat tahun
membesarkan Bank Muamalat, ia mundur dan mendirikan Tazkia Group yang memiliki beberapa unit
usaha dengan mengembangkan bisnis dan ekonomi syariah.
Dari Republika Online
KotaSantri.com © 2002-2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar