Bookmark and Share

Senin, 25 Januari 2010

Dengan Ekonomi Syariah Kita Undang Investor Timteng

Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Friday, 25 January 2008 07:55
WASPADA Online

PERKEMBANGAN ekonomi syariah di negara kita bakal semakin jelas dan cerah. Di samping
payung hukumnya sedang digodok, baru-baru ini Presiden SBY meresmikan pameran ekonomi
syariah di Jakarta. Negara-negara Timur Tengah saat ini pun memiliki dana melimpah ruah
dengan boomingnya harga minyak dunia, dan mereka umumnya berinvestasi dengan sistem
syariah.
"Kondisi itu merupakan perkembangan yang bagus, dengan diresmikannya oleh
presiden pameran ekonomi syariah dapat menjadi daya dorong untuk perkembangan ekonomi
syariah di negara kita," ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
(USU), Prof Bachtiar Hassan Miraza menjawab Waspada di Medan, baru-baru ini. Menurut
Bachtiar Hassan Miraza, ekonomi syariah merupakan salah satu cara memancing investor dari
Timur Tengah masuk ke Indonesia, namun para pelaku ekonomi syariah di negara kita harus
muncul menerapkan dan mengembangkan sistem syariah.
Dengan demikian ekonomi syariah dapat berkembang dengan cepat sehingga membantu
perkembangan ekonomi negara. Akan tetapi hingga hari ini dia melihat masih ada kelemahan di
tengah masyarakat yakni oleh karena masih kurangnya sosialisasi sistem syariah di tengah
masyarakat sehingga pemahaman masyarakat belum seluruhnya sama atau belum utuh, masih
ada kesimpangsiuran, dan menganggap sama antara yang syariah dan non syariah. Dia
memberi contoh tentang ada pendapat nasabah ekonomi syariah yang menyatakan akan
mendapatkan fasilitas kredit murah dari bank syariah.Katanya, tidak ada fasilitas kredit murah,
melainkan pada kredit syariah yang ada adalah sistem syariah, bukan bunga rendah atau
fasilitas. Pada ekonomi syariah tidak ada hubungan dengan bunga, melainkan dengan sistem,
yang mana sistem syariah berlaku menerapkan prinsip-prinsip keadilan sesuai dengan ajaran
Islam. Katanya, hal-hal seperti ini perlu dijelaskan kepada para debitur syariah, dan terhadap
masyarakat luas. "Para ahli ekonomi syariah harus terus menerus menjelaskan hal ini
kepada masyarakat agar tidak ada kekecewaan nantinya, ujar Bachtiar Hassan Miraza sambil
menegaskan, yang dibahas dalam syariah adalah sistemnya yang mengandung nilai keadilan
berdasar agama (Islam), dan oleh karena itulah investor dari Timur Tengah mau masuk ke
Indonesia.
Sosialisasi
Prof Bachtiar Hassan Miraza menyarankan masalah sosialisasi ekonomi syariah ini harus jadi
perhatian para ahli ekonomi syariah, dan dilakukan secara terus menerus agar tercipta
pemahaman yang pas di kalangan masyarakat. Ekonomi syariah jangan hanya diseminarkan
saja, melainkan harus diaplikasikan di tengah-tengah masyarakat. Selama ini, katanya,
ekonomi syariah banyak dibicarakan pada forum-forum seminar dan di kampus-kampus saja.
Padahal jika diaplikasikan secara meluas ekonomi syariah dapat mendorong kemajuan
ekonomi secara menyeluruh, walau hal itu tidak mudah. Kenapa tidak mudah memajukan
ekonomi syariah di negara kita sedang di negara lain perkembangannya bagus?
Jawabnya, kemajuan ekonomi syariah di negara-negara Islam atau di negara tetangga
Malaysia, tidak bisa dibandingkan dengan kita. Alasannya, di negara-negara tersebut ekonomi
syariah sudah lama terbentuk. Di samping sistem politik dan sistem sosial di negara kita belum
1 / 4
Prof. Bachtiar Hassan Miraza:Dengan Ekonomi Syariah Kita Undang Investor Timteng
Friday, 25 January 2008 07:55
teratur, apalagi sistem hukum belum tegas. "Masyarakat kita kurang teguh, terbiasa
minta-minta, belum mandiri, jika ada satu sistem yang baru yang ditanyakan biasanya
"apa kepentingan saya," ujar Bachtiar Hassan Miraza memberi contoh sikap kurang
terpuji yang masih hidup di tengah masyarakat kita. l Erma Tarigan
Mungkinkah Ummat Bersatu DalamPilgubsu
WASPADA Online
Oleh Azhari Akmal Tarigan
Pertanyaan ini sulit dijawab, pada saat kesadaran keummatan kita berada pada titik nadir
yang paling rendah. Bagaimana tidak, sampai saat ini, hampir tidak ada tokoh ummat atau
lembaga keagamaan yang benar-benar serius memperbincangkan kondisi ummat. Memang
dalam retorika politik, ummat sering disebut, namun tetap saja dalam nuansa
"kampanye" dan "tebar pesona". Apabila kita memiliki keinginan kolektif,
membicarakan nasib dan masa depan ummat sebenarnya belum terlambat. Syaratnya adalah,
setiap tokoh atau siapa saja yang merasa tokoh, harus menyingkirkan ego sektoralnya.
Pimpinan lembaga keagamaan juga harus melepaskan egod dan kepentingan sesaat. Kita
bicara demi ummat dalam makna yang sesungguhnya? Tentu saja dalam hal ini, Al-Quran dan
Hadis harus menjadi rujukan bersama?
Masih Adakah Ummat?
Salah satu persoalan yang dapat dikatakan belum tuntas diperbincangkan adalah, apa nama
yang akan kita berikan terhadap kumpulan individu-individu yang membentuk suatu komunitas?
Pertanyaan inilah yang diajukan W. Montgomery Watt seorang orientalis yang menyatakan
"Sesungguhnya manusia sepanjang sejarahnya hidup berkelompok. Apakah nama yang
diberikan kepada kelompok manusia ini, yang mereka saling berinteraksi dan di dalamnya
mereka hidup? Ali Syariati dalam bukunya Ummah wa al Imamah telah menjawab masalah ini
dengan baik. Menurut Syari‘ati ada beberapa istilah yang digunakan Al-Quran untuk menyebut
komunitas dimaksud; qabilah, qawm, sya‘b, mujtama‘, jama‘ah, tha’ifah dan ummah.
Disebabkan keterbatasan tempat, penulis hanya menjelaskan makna ummah. Ummah bagi Ali
Syaria‘ti memiliki empat arti kunci, gerakan, tujuan, ketetapan kesadaran, dan kemajuan.
Secara istilah ummah, adalah kumpulan orang, di mana setiap individu sepakat dalam tujuan
yang sama dan masing-masing saling membantu agar bergerak ke arah tujuan yang
diharapkan, atas dasar kepemimpinan yang sama. Di sinilah Syari‘ati mensyaratkan kemestian
imamah (adanya kepemimpinan) dalam komunitas ummah. Beberapa pemikir mengidentikkan
ummah dengan nation (negara) atau nation state (negara kebangsaan). Namun padanan ini
dipandang tidak tepat. Konsep yang agak dekat dengan ummah tampaknya adalah community
(komunitas). Kendati demikian tetap saja ada perbedaan di antara keduanya. Komunitas
merupakan suatu kelompok masyarakat yang mempunyai perasaan bersama dan memiliki
identitas komunal.
Kesamaan identitas komunal ini bisa saja timbul dari kekerabatan, kesamaan budaya,
kesamaan wilayah, darah, suku atau kebangsaan, atau gabungan dari semua ini. Sedangkan
basis ummah tidak didasarkan pada ras, bahasa, sejarah atau gabungan semua itu dan tidak
2 / 4
Prof. Bachtiar Hassan Miraza:Dengan Ekonomi Syariah Kita Undang Investor Timteng
Friday, 25 January 2008 07:55
pula tergantung pada batas wilayah geografis. Ummah bersifat universal, meliputi seluruh kaum
muslim dan disatukan oleh ikatan idiologi yang kuat dan komprehensif, yaitu Islam. Ummah
dibutuhkan dalam rangka mengaktualisasikan kehendak-kehendak Allah dalam lingkup ruang
dan waktu agar tercapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Setidaknya ada
beberapa kata kunci untuk mengukur apakah ada yang disebut ummat.
Pertama, Ummat memilik gerak dan tujuan yang sama.
Kedua, dalam mewujudkan tujuannya, ummat bekerja sama dan saling membantu.
Ketiga, Ummat diikat olek kesamaan idiologis, dalam hal ini kita dapat menyebutnya tauhid.
Keempat, Ummat memiliki kepemimpinan (imamah) yang sama.
Dengan menguji kreteria di atas, pertanyaan "masih adakah ummat" dapat di
jawab. Sesungguhnya saat ini tidak ada yang dapat kita sebut ummat ! Yang ada hanya
qabilah, qaum, tha’ifah, sya’b dan jama’ah. Semua terma ini mengacu pada pengertian
sekelompok individu yang memiliki kesamaan-kesamaan tertentu, misalnya kesamaan suku,
aliran atau mazhab, dan juga kesamaan pilihan politik. jadi sifatnya tidak universal. Jika kita
sadar, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali merekonstruksi ummat. Penting disadari, ummat
bukan sesuatu yang given, tetapi harus diperjuangkan keberadaannya. Pada awal Islam, Rasul
berhadapan dengan berbagai macam qaum, sya’b, thaifah dan qabilah.
Belum ada yang disebut ummat Islam karena memang belum ada visi bersama yang hendak
diperjuangkan dan diwujudkan? Di bawah cahaya Al-Quran, perlahan namun pasti, Rasul
membangun ummat. Puncaknya adalah ketika Rasul hijrah ke Madinah. Berbagai kelompok
Islam, muhajirin, ansar, atau kelompok Islam dari qaum, sya’b, dan tha’ifah yang berbeda
disatukan dalam visi bersama. Membangun "negara dan Peradaban Islam." Sejak
saat itulah, ummat Islam terbentuk menjadi sebuah kekuatan yang diperhitungkan di dunia.
Kemenangan dalam Pilgubsu mendatang hanya dapat dicapai jika kita berhasil membentuk
ummat. Beberapa langkah yang dapat ditawarkan adalah:
Pertama, kita harus merumuskan tujuan bersama. Hendak kemana masyarakat Islam Sumut?
Bagaimana masa depan Islam di Sumut? jika kita bersetuju untuk membangun masyarakat adil
dan sejahtera dalam bingkai ridha Ilahi, maka kemiskinan dan kebodohan adalah dua hal yang
harus di atasi.
Kedua, selanjutnya kita segera merumuskan langkah-langkah penanganannya. Semua pihak
harus terlibat dan seluruh potensi masyarakat harus dikerahkan. Kita memiliki lembaga
keuangan syari’ah yang dapat melaksanakan proses pengentasan kemiskinan. Sedangkan
potensi zakat, infaq dan wakaf dapat dimaksimalkan untuk membantu pendidikan masyarakat
muslim.
Ketiga, setelah dua hal di atas terumuskan dengan baik, barulah kita bicara, siapa pemimpin
yang kita pilih. Pemimpin inilah yang akan menata langkah kita agar memiliki kesamaan irama
dan gerak guna mewujudkan mimpi besar di atas. Mampukah ulama dan masyarakat Islam
Sumut bersatu dalam menentukan pemimpin yang benarbenar kuat dan amanah (alqawi
alamin). Jujur saja, saya sangat pesimis kita dapat bersatu. Sebabnya, kita sudah masuk dalam
kotak-kotak kecil yang ada kalanya kita ciptakan sendiri atau yang diciptakan calon gubsu.
3 / 4
Prof. Bachtiar Hassan Miraza:Dengan Ekonomi Syariah Kita Undang Investor Timteng
Friday, 25 January 2008 07:55
Banyak juga di antara kita telah "tersandera" dengan kebaikan sang calon. Akhirnya
kita tidak memiliki kebebasan lagi dalam menentukan pemimpin yang terbaik.
Untuk mengatasi peroblema ini, perlu langkah-langkah revolusioner untuk menyelamatkan
ummat dari tragedi keterbelahannya. Sungguh kita perlu pemimpin yang bukan saja memiliki
keyakinan yang sama, melainkan pemimpin yang dari lubuk hatinya yang paling dalam siap
bekerja dan berjuang untuk masa depan ummat. Adakah ulama yang berani memimpin ummat
melakukan langkah besar ini? Wallahu a’lam.
Penulis Koordinator Tim Penulis Tafsir Ulama Tiga Serangkai Sumatera Utara.
4 / 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download Lagu Gratis, MP3 Gratis