Bookmark and Share

Minggu, 08 Agustus 2010

Analisis Hubungan Perataan Laba (Income Smoothing) dengan Ekspektasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Syahril Djaddang

ABSTRACT

The purposes of this thesis are to analyze the relativity between income smoothing (net earnings, leverage, total asset, and discretionary accrual) and earning future expectation (expected earning) for manufactured companies in Indonesia, and also to prove whether income smoothing influences earning future expectation. This research use 36 manufactured companies data, listed in The Jakarta Stock Exchange, that been chosen by the purposive sampling method. Modified Jones model is use in this thesis as an income smoothing assumption. The data analysis method that been used are One Sample Kolmogorov-Smirnov, Multicollinearity Test, Durbin-Watson Test, Scatterplot, Pearson Correlation, Multiple Regression, F Test, and T-Test.

Based on the test done, it is shown that the net earnings, leverage, and total asset variables are significantly positive related to expected earning variable (earning future expectation), while discretionary accrual variable is not significantly positive related to expected earning variable. The relations between net earnings, leverage, and total asset to expected earning are weak positive correlation. Another result of the test done is that all independent variables (income smoothing), together, are significantly influencing their dependent variable, earning future expectation (expected earning).

Keywords: income smoothing, expected earning, Jones model

1. I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pihak manajemen perusahaan sangat menyadari peranan informasi laba dalam income statement. Oleh karena itu, pihak manajemen cenderung memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu yang biasanya bersifat jangka pendek (Kusuma & Sari, 2003). Pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajemen untuk tujuan spesifik itulah yang disebut dengan manajemen laba (Scott, 2000). Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul antara pihak manajemen dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder) (Sugiarto, 2003). Berbagai penelitian lainnya untuk membuktikan bahwa manajemen laba dilakukan untuk mencapai tujuan spesifik dan bersifat jangka pendek, juga telah dilakukan oleh Rahman dan Bakar (2002); Burgsahler dan Dichev (1997); Dechow, et. al (1995); serta Perry dan William (1994). Tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Gumanti (2000) mengatakan bahwa fenomena manajemen laba tidak selamanya terbukti, walaupun secara teoritis memungkinkan atau ada peluang bagi manajemen untuk me-manage laba yang dilaporkan.

Para manajer melakukan tindakan ini karena biasanya laba yang stabil dan tidak banyak fluktuasi dari satu periode ke periode yang lain, dinilai sebagai prestasi yang baik. Akuntansi konvensional membatasi manajer untuk membuat “discretionary accounting” untuk meratakan laba yang dilaporkan (reported earnings). Tetapi tidak semua negara melarang dilakukannya perataan laba. Misalnya Swedia, yang membenarkan tindakan ini, sepanjang dilakukan dengan transparan. (Harahap, 2005).

Di Indonesia, beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan memperlihatkan hasil yang tidak konsisten. Ilmainir (1993) menemukan bukti bahwa perataan laba didorong oleh harga saham, perbedaan antara laba aktual dan laba normal dan pengaruh perubahan kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajemen. Zuhroh (1996) menemukan bukti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba adalah leverage operasi. Naim dan Hartono (1996) menemukan manajer yang menghadapi investigasi pelanggaran undang-undang antitrust akan menurunkan laba untuk menghindari pinalti pelanggaran antitrust. Wimbari (1998) mendapatkan hasil bahwa perataan laba disebabkan oleh faktor profitabilitas dan jenis industri. Jin (1998) menemukan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap praktek perataan laba adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, sektor industri dan leverage-nya.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dibahas penulis dalam penelitian ini, adalah:

1. Apakah praktik perataan laba dan ekspektasi kinerja masa depan mempunyai hubungan yang positif (kuat)?
2. Apakah praktik perataan laba mempunyai pengaruh signifikan terhadap ekspektasi kinerja masa depan perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis, ialah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa hubungan antara perataan laba dan ekspektasi kinerja di masa depan.
2. Untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh perataan laba (variabel bebas) terhadap kinerja masa depan perusahaan (variabel terikat).

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Laporan Keuangan

Menurut Pedoman Etika Akuntan IAI, laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement digolongkan sebagai berikut (Harahap, 2001: 42) :

1. Tujuan Khusus

Tujuan khusus laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principle).

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan.
2. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba.
3. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban.
5. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
6. Tujuan Kualitatif

Tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No. 4 adalah sebagai berikut:

1. Relevan.
2. Dapat dimengerti
3. Dapat dicek kebenarannya
4. Netral
5. Tepat waktu & Dapat diperbandingkan
6. Lengkap

2.3. Jenis Laporan Keuangan

Sedangkan dalam definisi laporan keuangan menurut peraturan Bapepam Nomor : VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dijelaskan bahwa laporan keuangan terdiri dari:

1. Neraca
2. Laporan Rugi Laba
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan

2. Earning Management (Manajemen Laba)

Earning management adalah suatu konsep yang dilakukan perusahaan dalam mengelola laporan keuangan supaya laporan keuangan tampak terlihat memiliki kualitas (quality of financial reporting) (Suhendah, 2005). Laporan keuangan yang paling sering dimanipulasi oleh perusahaan adalah laporan rugi laba.

Menurut Jumingan (2003) seperti yang dikutip oleh Suhendah (2005), earning management merupakan suatu proses yang disengaja, menurut standar akuntansi keuangan untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu. Yang termasuk dalam kategori earning management ialah:

1. Discretionary accrual
2. Income smoothing
3. Manipulasi alokasi pendapatan/biaya.
4. Perubahan metode akuntansi dan struktur modal.

Earning management (manajemen laba) memiliki cakupan yang lebih luas daripada income smoothing (perataan laba), karena manajemen percaya bahwa reaksi pasar didasarkan pada pengungkapan informasi akuntansi sehingga perilaku laba merupakan aspek penentuan resiko pasar entitas usaha.

Suhendah (2005) mengutip Ayres (1994) yang menyatakan bahwa ada 3 faktor yang dapat dikaitkan dengan munculnya praktik manajemen laba oleh manajer demi menunjukkan prestasinya, yaitu:

1. Manajemen akrual (accruals management).
2. Penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib (adoption of mandatory accounting changes).
3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes).

Gambar 1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Manajemen Laba

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

1. Manajemen akrual
2. Penerapan suatu kebijaksanaan Praktik

akuntansi yang wajib Manajemen Laba

1. Perubahan metode akuntansi

secara sukarela

Sumber : Jurnal Akuntansi/Th.IX/02/Mei/2005, Earning Management

3. Income Smoothing (Perataan Laba)

3.1. Definisi Perataan Laba

Pengertian awal mengenai income smoothing ialah moderates year-to-year fluctuations in income by shifting earnings from peak years to less successful periods (Riahi-Belkaoui, 2004). Sedangkan pengertian yang lebih modern adalah the process of manipulating the time profile of earnings or earning reports to make the reported income less variable, while not increasing reported earnings over the long run (Riahi-Belkaoui, 2004).

Income smoothing (perataan laba) adalah a form of earnings management in which revenues and expenses are shifted between periods to reduce fluctuations in earnings (Arens, et. al, 2005: 310). Selain itu, menurut Harahap (2005) perataan laba adalah upaya yang dilakukan oleh manajemen untuk menstabilkan laba.

Definisi lainnya tentang perataan laba menurut Beidleman adalah (Riahi-Belkaoui, 2004):

“The intentional dampening or fluctuations about some level of earnings that is currently considered to be normal for a firm., atau an attempt on the part of the firm’s management to reduce abnormal variations in earnings to extent allowed under sound accounting and management principles.”

3.2. Jenis Perataan Laba

Ada dua jenis perataan laba, yaitu (Riahi-Belkaoui, 2004) :

1. Intentional atau designed smoothing

Intentional atau designed smoothing ialah keputusan atau pilihan yang dibuat untuk mengatur fluktuasi earnings pada level yang diinginkan.

1. Natural smoothing

Natural smoothing adalah income generating process yang natural, bukan hasil dari tindakan yang diambil oleh manajemen.

3.3. Faktor Pendorong Perataan Laba

Tidak semua negara melarang dilakukannya perataan laba (Harahap, 2005). Seperti Swedia misalnya, di negara ini perataan laba diperbolehkan, asalkan perataan laba ini dilakukan dengan transparan.

Beberapa faktor yang mendorong manajemen melakukan perataan laba adalah (Sugiarto, 2003):

1. Kompensasi bonus

Pada penelitiannya, Healy menemukan bukti bahwa manajer yang tidak dapat memenuhi target laba yang ditentukan akan memanipulasi laba agar dapat mentransfer laba masa kini menjadi laba masa depan. Selain itu, menurut Harahap (2005), pentingnya laporan keuangan mengundang manajemen untuk meratakan laba demi mendapatkan bonus yang tinggi.

1. Kontrak utang

Defond dan Jimbalvo (1994) dengan menggunakan model Jones, mengevaluasi tingkat akrual perusahaan yang tidak dapat memenuhi target laba. Mereka menemukan bahwa perusahaan yang melanggar perjanjian utang telah merekayasa labanya, satu periode sebelum perjanjian utang itu dibuat.

1. Faktor politik

Jones (1991) meneliti perusahaan yang sedang diinvestigasi oleh International Trade Commision (ITC). Ia menemukan bukti bahwa produsen domestik cenderung menurunkan laba dengan teknik discretionary accrual untuk mempengaruhi keputusan regulasi impor. Naim dan Hartono (1996) meneliti perusahaan yang diduga melakukan monopoli dan menemukan bahwa manajer perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindari UU Anti-Trust.

1. Pengurangan pajak

Perusahaan melakukan perataan laba untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah (Arens, Elder, Beasley, 2005).

1. Perubahan CEO

Pourciao (1993) menemukan bukti bahwa perekayasaan laba dilakukan dengan meningkatkan unexpected accruals pada periode satu tahun sebelum penggantian eksekutif tak rutin.

1. Penawaran saham perdana

Clarkson et al (1992) menyatakan ada reaksi positif dari pengumuman earnings forecast yang ada di prospektus dengan tingkat penjualan saham, karena publik hanya melihat laporan keuangan yang dilaporkan pada regulator. Banyak perusahaan yang melakukan perataan laba demi mendapatkan dan mempertahankan investor (Jones, 2005).

Faktor yang diasumsikan menyebabkan manajer melakukan perataan laba menurut buku Accounting Theory (Riahi-Belkaoui, 2004: 451), ialah:

1. Mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi pilihan-pilihan yang tersedia untuk manajemen.
2. Skema kompensasi manajemen, yang terkait langsung dengan kinerja perusahaan.
3. Ancaman pergantian manajemen.

3.4. Teknik Perataan Laba

Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba, diantaranya ialah (Sugiarto, 2003) :

1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba.
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya: jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi.

Keleluasaan untuk memakai teknik-teknik akuntansi dalam mencatat terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan perataan laba. Bahkan disinyalir bahwa perataan laba banyak dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan akuntansi (Koeh, 1981). Berdasarkan hal tersebut maka penelitian tentang perataan laba ini dilakukan dengan mengambil perubahan kebijakan akuntansi sebagai objek dihubungkan dengan antisipasi laba masa depan untuk menghindari pemecatan.

4. Expected Earnings

Expected earnings ialah perkiraan dan ekspektasi laba yang ingin dicapai perusahaan di masa mendatang (Sugiarto, 2003). Expected earning diambil dari lembaran prospektus yang biasanya dikeluarkan perusahaan ketika ingin terdaftar di Bursa Efek Jakarta, selain itu juga terdapat di laporan keuangan tahunan perusahaan.

Tujuan laporan keuangan menurut SFAC No 1. Sesuai dengan UU no. 8 tahun 1995 BAB IX pasal 78 dan 79 dan dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan BAPEPAM NO. IX C.2, mengumumkan earnings projection dipandang perlu agar menjadi sinyal positif bagi investor tentang keterbukaan informasi perusahaan (Sugiarto, 2003).

Expected earnings yang tercantum di prospektus merupakan tantangan bagi manajer untuk mencapainya, karena jika manajer tidak bisa mencapainya atau kinerjanya atau kinerjanya di bawah rata-rata industri maka kemungkinan tindakan pemecatan akan semakin besar (Blackwell, 1994).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menganalisa perataan laba dan hubungannya dengan laba masa depan perusahaan, dilakukan oleh Sopa Sugiarto (2003). Penelitian ini mengambil indikator perataan laba (variabel bebas) berupa net earnings (sebelum pos luar biasa), leverage, total asset, total accrual, dan discretionary accrual. Variabel terikatnya adalah expected earning. Sampel yang digunakan adalah 41 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, yang dipilih dengan metode purposive sampling.

Hasil penelitian tersebut mengindikasikan (1) Tidak terdapat hubungan antara peningkatan discretionary accrual dengan kinerja masa kini yang buruk dan ekspektasi kinerja masa depan yang bagus; (2) Terdapat hubungan antara penurunan discretionary accrual dengan kinerja masa kini yang bagus dan ekspektasi kinerja masa depan yang buruk.
C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2

Hubungan dan Pengaruh antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

Variabel Bebas Variabel Terikat

X Y

X1

Net Earnings

X2

Leverage

Y

Expected Earning

X3

Total Asset

X4

Discretionary Accrual

X5

Perataan Laba

Sumber : Data diolah penulis, 2006

D. Pengembangan Hipotesis

Sugiarto (2003) mengutip penelitian Fudenberg dan Tirole (1995) yang mengembangkan model teori yang mendorong manajer memperkirakan laba masa depan dengan berdasarkan pada pemakaian discretionary accounting.

2. Hipotesis

Maka hipotesis penelitian yang dapat disimpulkan dari ketiga asumsi di atas adalah:

H1 : Tingkat net earnings mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan.

H2 : Tingkat leverage mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan.

H3 : Tingkat total asset mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan.

H4 : Tingkat discretionary accrual mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan.

H5 : Perataan laba mempunyai pengaruh signifikan terhadap ekspektasi kinerja masa depan perusahaan.

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang bersifat korelatif, yaitu mencari hubungan antara perataan laba (discretionary accruals) dengan kinerja masa kini dan ekspektasi kinerja masa depan.

B. Variabel dan Pengukurannya

1. Variabel

Variabel yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu variabel bebas (tidak terikat) dan variabel terikat.

1.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini, variabel bebasnya ialah perataan laba (income smoothing) yang faktornya terdiri dari:

1. Net Earnings
2. Leverage (LEV)
3. Total Aset (ASSET)
4. Discretionary Accrual (DA)

1.2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh perilaku variabel bebas (independent variable). Dalam penelitian ini, variabel terikat yang digunakan, ialah expected earnings.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Net Earnings (X1)

Net earnings ialah laba bersih yang bisa dilihat di dalam income statement. Dalam penelitian ini net earnings yang digunakan adalah net earnings before extraordinary item.

1. Leverage (X2)

Leverage adalah bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Leverage ini dapat dihitung dengan rumus:

LEV = Total Utang / Total Equity

1. Total Asset (X3)

Total asset adalah seluruh harta perusahaan yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, yaitu dari current asset sampai dengan fixed asset dan juga tangible asset. Data total asset ini dapat dilihat di dalam balance sheet perusahaan.

1. Discretionary Accrual (X4)

Discretionary accrual adalah komponen accrual yang berada dalam kebijakan manajemen, artinya manajemen memberikan intervensinya dalam proses pelaporan keuangan. Perhitungan untuk mendapatkan discretionary accrual, ialah:

Keterangan:

= total accrual

= total asset

= total revenue

= piutang

= perubahan revenue dengan basis kas

= jumlah kotor nilai bangunan dan peralatan

= tingkat kesalahan

Setelah konstantanya didapat, dimasukkan ke dalam rumus:

Kemudian dicari discretionary accrual (DA)-nya dengan rumus:

1. Expected Earnings (Y)

Expected earning adalah ekspektasi laba yang ingin dicapai perusahaan di masa depan. Expected earning ini dianggap dapat menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Expected earning dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

= expected earning

= current earning

= growth

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dalam pengumpulan datanya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan dan prospektus yang didapat dari Bursa Efek Jakarta (BEJ).

E. Metode Pemilihan Sample

Pemilihan sample dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sample dengan berbagai kriteria. Kriteria yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Perusahaan yang telah go public sebelum 31 Desember 2005.
2. Emiten yang telah menyertakan laporan keuangan audit per 31 Desember 2002–2005.
3. Perusahaan yang transaksi sahamnya masih aktif diperdagangkan selama tahun 2002–2005.
4. Perusahaan yang tahun bukunya 31 Desember untuk tahun 2002–2005.
5. Perusahaan dengan data ekstrem yang berhubungan dengan discretionary accrual, arus kas dan non-discretionary accrual akan dikeluarkan dari sample.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: Statistik Deskriptif, Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik, Uji Hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diintepretasikan.

2. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas data menggunakan Kolmogrov-Smirnov test. Tujuan pengujian tersebut adalah untuk menentukan apakah data-data dari masing-masing variabel terdistribusi normal atau tidak.

Perumusan hipotesa untuk uji normalitas, yaitu :

1. H0 : data normal
2. Ha : data tidak normal

Dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas :

1. Signifikansi > 0,05 (H0 diterima : data normal)
2. Signifikansi < 0,05 (H0 ditolak : artinya data tidak normal)

3. Uji Asumsi Klasik

Analisa mengenai hubungan dan pengaruh perataan laba dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan (expected earning) dapat dilakukan bila data yang diteliti memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan, yaitu:

3.1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang berarti antara masing-masing variabel independen dalam model regresi. Metode untuk menguji adanya multikolinieritas dilihat pada tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari tolerance value adalah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Jika Variance Inflation Factor (VIF) diatas 10 dan tolerance value dibawah 0,10 (Hair et, al, 1998).

Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas adalah :

1. Ho : tidak ada multikolinearitas
2. Ha : terjadi multikolinearitas

Pengambilan keputusan :

1. Jika VIF > 0,10 (Ho ditolak: terjadi multikolinearitas)
2. Jika VIF < 0,10 (Ho diterima: tidak ada multikolinearitas)

3.2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menunjukkan adanya korelasi antara error dengan error periode sebelumnya. Pada asumsi klasik, hal ini tidak boleh terjadi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Durbin–Watson (DW). Jika nilai Durbin–Watson terletak diantara dU dan 4-dU maka disimpulkan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi. Data yang baik adalah data yang memiliki hasil uji tidak terdapat autokorelasi. Sebenarnya penelitian ini tidak memerlukan uji autokorelasi, karena data yang digunakan adalah data pooling.

Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi (DW) sebagai berikut :

1. Jika 0 < DW < dL, maka terdapat positif autokorelasi
2. Jika dL ≤ DW ≤ dU, maka tidak ada keputusan
3. Jika dU < DW < 4-dU, maka tidak terdapat autokorelasi
4. Jika 4-dU ≤ DW ≤ 4-dL, maka tidak ada keputusan
5. Jika 4-dL < DW <4, maka terdapat negatif autokorelasi

3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan mengandung variasi residual yang bersifat heteroskedastisitas (varians dari setiap error bersifat heterogen). Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas (bersifat homogen). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji dengan scatterplot.

4. Uji Hipotesis

4.1. Uji Korelasi

Analisis korelasi berfungsi untuk menyatakan derajat keeratan hubungan dan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi derajat keeratan hubungan kedua variabel tersebut. Nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Tanda positif dan negatif menunjukkan arah hubungan. Tanda positif menunjukkan hubungan searah. Jika 1 variabel naik, variabel yang lain naik. Tanda negatif menunjukkan hubungan berlawanan. Jika 1 variabel naik, variabel yang lain akan turun.

Dalam penelitian ini, analisis korelasional yang digunakan adalah analisis korelasi Pearson. Metode tersebut digunakan karena data yang diteliti adalah data dengan skala rasio.

Perhitungan koefisien korelasi adalah menggunakan formula:

Keterangan :

= variabel bebas

= variabel terikat

= banyaknya sampel

4.2. Uji Regresi Berganda

Untuk menganalisa pengaruh variabel bebas, yaitu perataan laba, terhadap variabel terikat, yaitu ekspektasi kinerja masa depan perusahaan (expected earning), penulis menggunakan regresi berganda dengan model sebagai berikut:

Dimana Y adalah variabel terikat, yaitu expected earning, dan X adalah variabel bebas, yaitu net earnings, leverage, total asset, dan discretionary accrual, yang diujikan dalam penelitian. Bila Y dan X diganti dengan nama masing-masing variabel, maka rumus regresi bergandanya akan menjadi:
Keterangan:

= expected earning perusahaan

= konstanta

= koefisien regresi

= net earnings perusahaan

= leverage perusahaan

= total asset perusahaan

= discretionary accrual perusahaan

= tingkat kesalahan (error)

Analisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat di penelitian ini menggunakan regresi berganda, karena baik variabel bebas maupun variabel terikat, keduanya berskala rasio.

4.2.1. Uji F (Uji Serentak)

Uji F atau Uji Serentak merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan seluruh variabel bebas, secara bersama-sama, terhadap variabel terikatnya. Pengujian ini membandingkan antara nilai F hitung dengan nilai F tabel pada tingkat keyakinan tertentu, dengan ketentuan bahwa interval kepercayaan sebesar 95% dan tingkat signifikansi sebesar 5%.

Uji F menggunakan rumus (untuk perhitungan manual):

Keterangan:

= rata-rata jumlah kuadrat (mean sum of square)

= jumlah kuadrat regresi (explain sum of square)

= jumlah kuadrat sisa (residual sum of square)

Perumusan hipotesa untuk Uji F adalah, sebagai berikut :

Ho : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan discretionary accrual) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (expected earning).

Ha : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan discretionary accrual) secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (expected earning).

Dasar pengambilan keputusan untuk Uji F adalah :

1. Jika F hitung > F tabel (Ho ditolak : mempunyai pengaruh signifikan)
2. Jika F hitung < F tabel (Ho diterima : tidak mempunyai pengaruh) atau
3. Jika sig. F statistik < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak)
4. Jika sig. F statistik > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima)

4.2.2. Uji T (Uji Individu)

Uji-t ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Uji-t membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, dengan ketentuan interval kepercayaan sebesar 95% dan tingkat signifikansi sebesar 5%.

Rumus yang digunakan dalam Uji-t (perhitungan secara manual), ialah:

Keterangan:

= koefisien regresi

= derajat kesalahan (standard error)

Perumusan hipotesa untuk Uji-t, adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Dasar pengambilan keputusan pada Uji-t, yaitu:

1. Jika t-hitung < t-tabel (Ho diterima : tidak ada pengaruh signifikan)
2. Jika t-hitung > t-tabel (Ho ditolak : ada pengaruh signifikan)

atau

1. Jika nilai Sig. < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak)
2. Jika nilai Sig, > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi data yang disajikan adalah deskripsi data variabel penelitian. Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (Y), yaitu expected earning; dan 5 variabel bebas (X), yaitu net earnings (X1), leverage (X2), total asset (X3), discretionary accrual (X4), dan perataan laba (X5). Jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah 36 perusahaan, dengan periode laporan keuangan tahun 2002 sampai dengan 2005, yang secara lengkap dapat dilihat di lampiran 1.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Statistik Deskriptif
Tabel 1

Statistik Deskriptif

Sumber: Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan sebagai sampel berjumlah 36 perusahaan, dengan 6 variabel penelitian (total asset, net earnings, expected earning, discretionary accrual, dan leverage). Variabel total asset memiliki nilai minimum (terendah) sebesar Rp 38.926.037.291,- dan nilai maksimum (tertinggi) sebesar Rp 15.669.007.629.752,-. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar Rp 2.130.275.595.505,- dengan standar deviasi sebesar Rp 3.291.406.897.483,8,-.

Variabel net earnings (sebelum pos luar biasa) memiliki nilai terendah sebesar Rp (792.946.330.000),- serta nilai terendah sebesar Rp 1.468.445.000.000,-. Nilai rata-rata dan standar deviasinya sebesar Rp 83.440.463.042,97,- dan Rp 328.560.969.219,054,-.

Ekspektasi kinerja masa depan, yang dipresentasikan dengan variabel expected earning, memiliki nilai terendah Rp (22.703.196.165.120,0),- dan nilai tertinggi Rp 26.925.814.065.823,3,-. Nilai rata-ratanya adalah Rp 950.436.190.427,0,- dengan nilai standar deviasi Rp 5.937.224.225.678,1,-.

Variabel discretionary accrual memiliki nilai terendah Rp (7.104.389.596.998,69),- serta nilai tertinggi Rp 1.241.805.000.000,05,-. Nilai rata-rata dan standar deviasinya adalah sebesar Rp (162.999.655.213) dan Rp 889.335.989.040,23

Rasio pengukuran perusahaan, yang dipresentasikan dengan variabel leverage, memiliki nilai terendah sebesar -18,54 dan nilai tertinggi sebesar 53,28. Nilai rata-ratanya adalah sebesar 2,4446; sedangkan standar deviasinya adalah sebesar 8,08879.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian yang digunakan, memiliki distribusi yang normal atau tidak. Analisis Kolmogorov–Smirnov merupakan suatu pengujian untuk menguji keselarasan data, dimana suatu sampel dikatakan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

Perumusan hipotesa untuk uji normalitas ialah :

1. Ho : data normal
2. Ha : data tidak normal

Dasar pengambilan keputusannya, yaitu :

1. Signifikansi > 0,05 (Ho diterima : data normal)
2. Signifikansi < 0,05 (Ho ditolak : data tidak normal)

Berikut ini adalah hasil pengolahan data statistik untuk uji normalitas Kolmogorov-Smirnov:

Tabel 2

Tabel Uji Normalitas Kolmogorov–Smirnov

Sumber : Data diolah, 2006
Tabel 3
Tabel Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Variabel Sig Kesimpulan
Total Asset 0.000 Ho ditolak
Net Earnings 0.000 Ho ditolak
Expected Earnings 0.000 Ho ditolak
Total Accrual 0.000 Ho ditolak
DA 0.000 Ho ditolak
Leverage 0.000 Ho ditolak

Sumber: Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa variabel total asset, net earnings, expected earning, total accrual, DA (discretionary accrual), dan leverage memiliki tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Maka seluruh variabel, baik bebas maupun terikat, memiliki kesimpulan bahwa Ho ditolak, yang berarti data berdistribusi tidak normal.

Gambar 3

Grafik Distribusi Data

Sumber : Data diolah, 2006

3. Uji Asumsi Klasik

3.1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya hubungan langsung (korelasi) antar variabel bebas. Multikolinearitas terjadi jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 10 atau nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 (Hair et, al, 1998).

Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas :

1. Ho : tidak ada multikolinearitas
2. Ha : ada multikolinearitas

Dasar pengambilan keputusan :

1. VIF > 10 (Ho ditolak : ada multikolinearitas)
2. VIF < 10 (Ho diterima : tidak ada multikolinearitas)

Tabel 4

Tabel Uji Multikolinieritas

Sumber: Data diolah, 2006

Tabel 5

Tabel Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel VIF Keputusan
Total Asset 1.149 Tidak ada multikolinearitas
Net Earnings 1.067 Tidak ada multikolinearitas
DA 1.089 Tidak ada multikolinearitas
Leverage 1.008 Tidak ada multikolinearitas

Sumber : Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa seluruh variabel bebas memiliki VIF < 10. Oleh karena itu, Ho diterima, yang berarti tidak ada multikolinearitas. Maka dapat dikatakan bahwa di antara sesama variabel bebas tidak mempunyai hubungan langsung (tidak berkorelasi), sehingga penelitian dapat dilanjutkan.

3.2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara error dengan error periode sebelumnya, dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi. Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin–Watson. Jika nilai Durbin–Watson berkisar diantara nilai batas atas (dU) dan 4-dU maka diperkirakan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi.

Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi :

Tabel 6

Keputusan Autokorelasi

Hipotesa Nol (Ho) Keputusan Kriteria
Tidak ada Positif Autokorelasi Ho ditolak 0 < DW < dL
Tidak ada Positif Autokorelasi Tidak ada keputusan dL ≤ DW ≤ dU
Tidak ada Autokorelasi Ho diterima dU < DW < 4-dU
Tidak ada Negatif Autokorelasi Tidak ada keputusan 4-dU ≤ DW ≤ 4-dL
Tidak ada Negatif Autokorelasi Ho ditolak 4-dL < DW < 4

Berikut ini adalah tabel dan gambar hasil pengujian autokorelasi :

Tabel 7

Tabel Hasil Durbin–Watson

Sumber: Data diolah, 2006

Gambar 4

Hasil Uji Autokorelasi

Sumber: Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Durbin–Watson untuk hipotesa sebesar 2,154. Nilai Durbin–Watson tersebut berada pada daerah dU < DW < 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pelanggaran autokorelasi (model bebas dari autokorelasi). Sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa model hipotesis diatas terbebas dari permasalahan autokorelasi, sehingga penelitian dapat dilanjutkan.

Pada penelitian ini, sebenarnya, uji autokorelasi ini tidak diperlukan. Hal ini disebabkan karena, data penelitian yang digunakan adalah data pooling. Data pooling adalah data yang, misalnya, banyak perusahaan (lebih dari 1) dengan pengamatan beberapa tahun (lebih dari 1).

3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan mengandung variasi residual yang bersifat heterogen. Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas (harus bersifat homogen).

Heteroskedastisitas dalam model regresi dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot

Sumber : Data diolah, 2006

Dari gambar grafik pada gambar 4, dapat dilihat bahwa sebaran titik terjadi secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.

3.4. Uji Fit Model (R²)

Hasil yang didapatkan dari uji normalitas adalah bahwa data berdistribusi tidak normal. Oleh karena itulah, penulis melakukan uji fit model, untuk melihat apakah model yang digunakan dalam regresi layak untuk dilanjutkan.

Tabel 8

Tabel Fit Model

Sumber : Data diolah, 2006

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa model yang digunakan layak untuk dilanjutkan. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi R²-nya adalah sebesar 0,246. Artinya, bahwa variasi dari variabel perataan laba (variabel bebas) mampu menjelaskan variasi dari variabel expected earning (variabel terikat) sebesar 24,6%. Sisanya (75,4%) adalah variasi dari variabel bebas lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model. Maka, model yang digunakan layak dilanjutkan penelitiannya.

4. Uji Hipotesis

4.1. Uji Korelasional

Analisis korelasi berfungsi untuk menyatakan derajat keeratan hubungan dan arah hubungan antara 2 variabel. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan arah hubungan kedua variabel tersebut.

Gambar 6

Hubungan Korelasi

(-) kuat (-) lemah (+) lemah (+) kuat

-1 -0,5 0 0,5 1

Berikut adalah tabel hasil pengujian korelasi masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat:

Tabel 9

Tabel Korelasi

Sumber : Data diolah, 2006

4.1.1. Analisis Net Earnings

Hipotesis pertama menguji adanya hubungan positif signifikan antara net earnings (variabel X1) dengan expected earning (variabel Y).

Penyusunan hipotesis :

Ho1 : Tidak adanya hubungan positif antara net earnings dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Ha1 : Adanya hubungan positif antara net earnings dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusan :

1. Sig. (1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)
2. Sig. (1-tailed) < 0,05 dan angka korelatif negatif (Ho diterima : ada hubungan negatif)
3. Sig. (1-tailed) < 0,05 dan angka korelatif positif (Ho ditolak : ada hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara net earnings dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning), dapat dilihat pada tabel 8. Dari tabel tersebut diketahui net earnings dengan expected earning mempunyai hubungan yang signifikan (0,000 < 0,05), dengan angka korelasi sebesar 0,354.

Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 ditolak, yang berarti terdapat hubungan positif antara net earnings dengan expected earning (kinerja masa depan). Hubungannya dinamakan korelasi positif lemah karena angka korelasinya (0,354) menunjukkan nilai positif (+) yang mendekati 0,5.

4.1.2. Analisis Leverage

Hipotesis kedua menguji adanya hubungan positif antara leverage (variabel X2) dengan expected earning (variabel Y).

Penyusunan hipotesisnya, yaitu :

Ho2 : Tidak adanya hubungan positif antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Ha2 : Adanya hubungan positif antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusannya, ialah :

1. Sig.(1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)
2. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif negatif (Ho diterima : ada hubungan negatif)
3. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif positif (Ho ditolak : ada hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning), dapat dilihat pada tabel 8. Leverage dengan expected earning mempunyai hubungan yang signifikan (0,001 < 0,05), dan angka korelasi positif 0,298.

Dari hasil tersebut diketahui bahwa Ho2 ditolak, sehingga dapat disimpulkan antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning) mempunyai hubungan signifikan yang positif. Hubungan tersebut dinamakan korelasi positif lemah, karena angka korelasinya positif dan mendekati 0,5 (angka korelasi : 0,298)

4.1.3. Analisis Total Asset

Penyusunan hipotesisnya yaitu:

Ho3 : Tidak adanya hubungan positif antara total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Ha3 : Adanya hubungan positif antara total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusannya, ialah :

1. Sig.(1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)
2. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif negatif (Ho diterima : ada hubungan negatif)
3. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif positif (Ho ditolak : ada hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning), dapat dilihat di dalam tabel 8 di atas. Total asset dengan expected earning mempunyai hubungan yang signifikan (0,002 < 0,05), serta angka koefisien korelasinya positif 0,283.

Dari hasil di atas, dapat diketahui bahwa Ho3 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas, total asset, mempunyai hubungan signifikan positif dengan variabel terikatnya, yaitu expected earning. Hubungannya adalah korelasi positif lemah, karena angka korelasinya (0,283) mendekati positif 0,5.

4.1.4. Analisis Discretionary Accrual

Hipotesis keempat menguji adanya hubungan positif antara discretionary accrual (variabel X4) dengan expected earning (variabel Y).

Penyusunan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatifnya (Ha), yaitu:

Ho4 : Tidak adanya hubungan positif antara discretionary accruals dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Ha4 : Adanya hubungan positif antara discretionary accruals dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusannya, ialah :

1. Sig. (1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)
2. Sig. (1-tailed) < 0,05 dan angka korelasi negatif (Ho diterima : ada hubungan negatif)
3. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan angka korelasi positif (Ho ditolak : ada hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara discretionary accruals dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning), dapat dilihat pada tabel 8 di atas. Discretionary accruals dengan expected earning mempunyai hubungan yang tidak signifikan (0,110 > 0,05).

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ho4 diterima. Hasil tersebut berarti di antara variabel bebas, discretionary accrual, dengan variabel terikatnya, expected earning, tidak terdapat hubungan yang signifikan.

4.2. Uji Regresi Berganda (Analisis H5)

Uji Regresi Berganda ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh perataan laba (net earnings, leverage, total asset, dan discretionary accrual) terhadap ekspektasi kinerja masa depan (expected earning). Pengujian dilakukan dengan tingkat signikansi 5%.

4.2.1. Uji F

Uji F merupakan pengujian yang dipakai untuk menganalisa pengaruh seluruh variabel bebas, secara bersama-sama, terhadap variabel terikatnya. Uji F ini membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel pada tingkat keyakinan tertentu, untuk melihat tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Perumusan hipotesa :

Ho5 : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan discretionary accrual), secara bersama-sama, tidak mempunyai pengaruh signifikan dengan variabel terikat (expected earning).

Ha5 : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan discretionary accrual), secara bersama-sama, mempunyai pengaruh signifikan dengan variabel terikat (expected earning).

Dasar pengambilan keputusan :

1. Jika F hitung > F tabel (Ho ditolak)
2. Jika F hitung < F tabel (Ho diterima) atau
3. Jika sig. F statistik < 0,05 (Ho ditolak : signifikan secara statistik)
4. Jika sig. F statistik > 0,05 (Ho ditolak : tidak signifikan secara statistik)

Tabel 10

Tabel Hasil Uji F

Sumber : Data diolah, 2006

Dari tabel anova di atas, dapat diketahui bahwa nilai sig. F statistik (0,000) < 0,05. Selain itu, nilai F hitungnya (8,394) > nilai F tabel (2,45). Jadi dapat disimpulkan bahwa Ho5 ditolak, artinya seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, discretionary accrual), secara bersama-sama, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya (expected earning).

4.2.3. Uji T

Uji-t digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji-t ini membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, dengan ketentuan interval kepercayaan sebesar 95% dan tingkat signifikansi sebesar 5%.

Perumusan hipotesa untuk Uji-t, adalah :

Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Dasar pengambilan keputusan pada Uji-t, yaitu :

1. Jika t-hitung < t-tabel (Ho diterima : tidak ada pengaruh signifikan)
2. Jika t-hitung > t-tabel (Ho ditolak : ada pengaruh signifikan) atau
3. Jika nilai Sig. < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak)
4. Jika nilai Sig. > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima)

Tabel 11

Tabel Uji T

Sumber : Data diolah, 2006

Berdasarkan pada hasil uji-t pada tabel di atas, pengaruh variabel perataan laba, yang terdiri dari net earnings, leverage, total asset, dan discretionary accrual, terhadap expected earning, ialah:

1. Variabel Net Earnings

Dari hasil uji-t, diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05. Kesimpulannya ialah Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara net earnings terhadap expected earnings.

1. Variabel Leverage

Dari hasil uji-t pada tabel 11, diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap expected earning.

1. Variabel Total Asset

Dari hasil uji-t, dapat diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,045 lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak, yaitu ada pengaruh yang signifikan antara total asset terhadap expected earning.

1. Variabel Discretionary Accrual

Dari hasil uji-t, dapat diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,495 lebih besar dari 0,05. Maka Ho diterima, yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara discretionary accrual terhadap expected earning.

4.3. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Hubungan antara net earnings dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan adalah korelasi positif (+) lemah yang nilainya mendekati 0,5. Hal ini terjadi karena ekspetasi kinerja masa depan (expected earning) didapatkan dengan memperhitungkan net earnings tahun ini dengan growth (tingkat pertumbuhan pendapatan). Jadi, ada faktor lain selain net earnings yang berhubungan dengan expected earning. Faktor lain tersebut adalah faktor ekonomi, faktor politik, dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi dan berhubungan dengan penerimaan pendapatan suatu perusahaan.
1. Hubungan antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan adalah korelasi positif (+) lemah, yang nilai korelasinya mendekati 0,5. Leverage merupakan salah satu pengukuran dalam keuangan, yang menghitung bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Ada kalanya perusahaan, dalam rangka mendapatkan hal-hal yang mendukung kegiatan operasional perusahaan, harus berhutang kepada pihak lain (pemasok, bank, dll). Pihak-pihak lain tersebut tidak akan memberikan hutang, bila perusahaan tidak mempunyai modal yang cukup agar hutang-hutang tersebut dapat terbayarkan. Bila pihak-pihak tersebut tidak mempercayai perusahaan sehingga pendukung kegiatan operasional terganggu, maka pengaruhnya akan terlihat pada ekspektasi pendapatan perusahaan (expected earning).
2. Hubungan antara total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan adalah korelasi positif lemah. Hal ini disebabkan karena total asset mempunyai hubungan dengan kelangsungan kegiatan operasional perusahaan. Produksi barang maupun penjualannya tidak dapat terlaksana tanpa didukung oleh asset perusahaan, namun asset ini hanyalah sebagian kecil pendukung kegiatan operasional. Karena itulah, hubungannya adalah korelasi (+) lemah. Faktor yang lebih dominan hubungannya dengan expected earning adalah omzet penjualan perusahaan.
3. Variabel discretionary accrual tidak mempunyai hubungan (korelasi) dengan ekspektasi kinerja masa depan. Hasil tersebut tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya (Sugiarto, 2003), dalam penelitian itu disebutkan bahwa ada hubungan antara discretionary accrual dengan ekspektasi kinerja masa depan. Hal ini mungkin terjadi karena penulis tidak membedakan kinerja masa depan yang buruk dengan kinerja masa depan yang baik.
4. Pengaruh variabel bebas, secara bersama-sama, terhadap variabel terikat dengan menggunakan Uji F adalah signifikan. Jika secara individu, yang berpengaruh hanya variabel net earnings, leverage, dan total asset. Sementara variabel discretionary accrual tidak berpengaruh signifikan terhadap expected earning. Hal ini terjadi karena efek dari discretionary accrual dapat terlihat jika ekspektasi kinerja (laba) perusahaan dibagi ke dalam kinerja yang baik dan kinerja yang buruk.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat net earnings dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earnings) perusahaan. Hubungannya disebut dengan korelasi positif lemah, karena angka korelasinya sebesar 0,354.
2. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan. Hubungan antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan adalah korelasi positif lemah, dengan angka korelasi 0,298..
3. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning) perusahaan. Hubungan yang terjadi adalah korelasi positif lemah, dengan angka korelasi sebesar 0,283.
4. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat discretionary accruals dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan. Hal ini disebabkan karena menurut hasil uji korelasi, angka signifikansinya sebesar 0,110 dan angka korelasinya negatif 0,119.
5. Hasil analisis regresi berganda, dengan uji F, menyatakan bahwa variabel bebas perataan laba, secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Hal tersebut disebabkan karena nilai F hitungnya (8,394) > nilai F tabel (2,45) dan nilai sig. F statistiknya (0,000) < 0,05.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang apabila mampu diatasi akan dapat memperbaiki hasil penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kurang besarnya jumlah sampel, yaitu 36 perusahaan.
2. Data pengamatan hanya 3 tahun (2002–2005), sehingga hasil penelitian yang dilakukan sebaran datanya terbatas.
3. Variabel penelitian yang digunakan hanya variabel: (a) net earnings; (b) leverage; (c) total asset; dan (d) discretionary accrual..

C. Saran

Beberapa saran yang disarankan oleh peneliti, ialah:

1. Perlunya menambah jumlah sampel penelitian, yang mungkin akan meningkatkan hasil penelitian.
2. Perlunya menambah periode pengamatan agar dapat meningkatkan kualitas penelitian selanjutnya.
3. Perlunya menambah variabel penelitian, terutama dari segi size (ukuran) perusahaan dan lainnya, agar dapat meningkatkan hasil penelitian berikutnya.
4. Mencoba melakukan pengujian per tahun data, bukan secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley (2005). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, Tenth Edition, Prentice Hall International.

Gitman, Lawrence J. (2003). Principles of Managerial Finance, Tenth Edition, Addison Wesley.

Harahap, Sofyan Syafri (2005). Teori Akuntansi, Jakarta: Rajawali Pers.

Harahap, Sofyan Syafri (2004). Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Harahap, Sofyan Syafri (2001). Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Jakarta: Pustaka Quantum.

IAI (2005). Pedoman Etika Akuntan. (www document) http://www.iaiglobal.or.id (diakses 8 Agustus 2006).

Jakaria; Berlianti, Dita Oki dan Soeryaputri, Rossje V.M. (2005). Modul Laboratorium Alat Analisis, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

Jones, Charles P. (2004). Investments Analysis & Management, Ninth Edition, Prentice Hall International.

Kusuma, Hadri dan Wigiya A. U. Sari (2003). Manajemen Laba Oleh Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Merger dan Akuisisi di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Volume 7, No.1, Juni 2003, p. 21-36.

Riahi, Ahmed dan Belkaoui (2004). Accounting Theory, Fifth Edition, Thomson Learning.

Sucipto (2003). Analisis PSAK No.23 Tentang Pendapatan. (www document) http://www.google.com (diakses 8 Agustus 2006).

Tim Studi Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik (2005). Studi tentang Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik. (www document) http://www.bapepam.go.id (diakses 8 Agustus 2006).

Scott, William R (2000). Financial Accounting Theory, New Jersey: Prentice Hall Inc.

Suhendah, Rousilita (2005). Earning Management, Jurnal Akuntansi/Th.IX/02/Mei/2005, p. 195-205.

Sugiarto, Sopa (2003). Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI.

Suryaputri, Rossje V. dan Christina Dwi A. (2003). Pengaruh Faktor Leverage, Devidend Payout, Size, Earning Growth and Country Risk Terhadap Price Earnings Ratio, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi,Vol.3, No.1 April 2003, p. 1-23.

Trihendradi, Cornelius (2005). Step by Step SPSS 13 : Analisis Data Statistik, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download Lagu Gratis, MP3 Gratis